15 Tahun Saluran Irigasi Mampet, Hasil Tani di Perworejo Seret

Ridwan

Purworejo, insanimedia.id- Sejumlah petani di tujuh desa di Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, mengeluhkan dampak kekeringan yang telah berlangsung selama 15 tahun. Hal ini menghambat hasil pertanian mereka akibat ketiadaan air irigasi, terutama di musim kemarau.

Menurut Ismail, perwakilan Gabungan Petani Pemakai Air (GP3A) Loning Keragilan, kondisi ini disebabkan oleh kerusakan infrastruktur irigasi, termasuk kerusakan sekunder irigasi hingga 85 persen. Selain itu, kurangnya keaktifan petani dalam mengelola air melalui kelompok P3A juga menjadi penyebab masalah.

“Ketidakadaan air sangat menghambat hasil pertanian. Bendung pengambilan di pintu lama Keragilan sudah lama tidak berfungsi. Air yang mengalir dari DI Loning seharusnya untuk satu Daerah Irigasi (DI) tetapi digunakan untuk dua DI sehingga tidak maksimal,” jelas Ismail.

Kerusakan dan masalah pengelolaan air ini berdampak pada 17 desa di Keragilan, dengan luas lahan mencapai 1.390 hektar. Sebanyak tujuh desa di Kecamatan Bayan, seluas 648 hektar, menjadi wilayah yang paling merasakan dampak kekeringan.

Ismail juga mengungkapkan adanya pengambilan air secara ilegal atau lubang-lubang air liar yang dibuat oleh oknum tertentu. Menanggapi hal ini, pemerintah daerah akan melakukan penutupan 50 titik pengambilan air ilegal di DI Keragilan mulai Senin, 6 Mei.

Petani berharap agar air dapat kembali mengalir ke hilir sehingga hasil pertanian mereka dapat meningkat, terutama di musim kemarau. Saat musim penghujan, petani menghadapi lebih banyak hambatan seperti hama. Ketersediaan air memungkinkan petani memaksimalkan hasil panen mereka.

Selama ini, petani hanya mampu melakukan satu kali musim tanam (MT) per tahun, itupun hasil panen seringkali terganggu oleh hujan. Padahal, seharusnya saluran irigasi sudah tersedia. Namun, karena tidak adanya air, para petani merasa kesulitan untuk mengelola lahan mereka.

Baca Juga :  Kapolri Pimpim Upacara Kenaikan Pangkat 17 Perwira Tinggi Termasuk Kapolda 

Usulan perbaikan irigasi telah beberapa kali diajukan, termasuk melalui dinas terkait dan komisi irigasi provinsi. Pada tahun 2019, sempat ada rencana perbaikan, namun tertunda karena pandemi Covid-19. Tahun ini, terdapat kontrak perbaikan Loning Keragilan senilai Rp 3,5 miliar, namun perbaikan tersebut belum dapat dilakukan secara maksimal.

Ismail, yang juga menjabat sebagai GP3A Loning Keragilan, berharap pemerintah segera mengambil tindakan untuk mengatasi masalah ini. Ia menekankan pentingnya perbaikan infrastruktur irigasi dan pengelolaan air yang lebih baik untuk meningkatkan kesejahteraan petani.(Joe/Rid)