Blitar, insanimedia.id – Kota Blitar mencatat penurunan angka stunting dari 6,87 persen menjadi 6,61 persen. Meski sudah di bawah standar nasional, Dinas Kesehatan menegaskan stunting tetap menjadi isu penting yang perlu ditangani bersama.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Blitar, Dharma Setiawan, mengatakan persoalan stunting saat ini tidak bisa lagi dipandang sebagai urusan kesehatan semata. Menurutnya, seluruh perangkat daerah hingga masyarakat harus terlibat aktif.
“Stunting ini semata-mata bukan didominasi satu OPD. Camat, lurah, hingga masyarakat sudah menjadikannya isu bersama yang wajib kita kerjakan,” ujarnya, Kamis(18/9/2025).
Dharma menjelaskan, data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukkan angka stunting Kota Blitar berada di angka 11,43 persen, lebih rendah dibanding target nasional 14 persen. Namun demikian, masih terdapat sekitar 514 balita yang mengalami stunting.
“Kalau gizi buruk bisa segera diintervensi dengan perbaikan asupan sesuai usia. Namun stunting terkait tinggi badan dan usia, sehingga intervensinya lebih sulit. Sekalipun ada intervensi, perkembangan otak anak sudah terhambat,” terangnya.
Ia menambahkan, saat ini intervensi stunting bergeser dari pola spesifik di sektor kesehatan menuju intervensi sensitif yang melibatkan lintas sektor.
“Intervensi spesifik hanya menyumbang 30 persen, sedangkan intervensi sensitif mencapai 70 persen, seperti pemenuhan gizi keluarga, lingkungan, dan stimulasi tumbuh kembang,” jelas Dharma.
Pemerintah Kota Blitar bersama PKK dan instansi terkait disebut telah melaksanakan sejumlah langkah mendasar. Selain pemenuhan gizi, intervensi stimulasi psikomotor juga diperkuat agar tumbuh kembang anak berjalan optimal.
“Dengan kolaborasi lintas sektor, kami optimistis angka stunting di Kota Blitar bisa terus ditekan,” tegas Dharma.(Tan/Rid)