Blitar, insanimedia.id – Himpunan Mahasiswa Islam adalah Organisasi Mahasiswa yang dari Sisi Usia sdh Tua (baca: Hari ini sudah ulang tahun ke 78).
Organisasi ini lahir minimal atas spirit dan atau komitmen atas Keumatan dan Kebangsaan dan atau KeIndonesian, Bang Lafran Pane yang pada waktu kuliah di UII Jogja.
Lefran Pane mendapat Hidayah dari Allah SWT untuk melahirkan bersama teman temannya mengkonsolidir kekuatan dan potensi mahasiswa Islam yang sejalan.
“Dalam perspektif Islam moderat-tidak ektrim kanan dan tidak ektrim kiri, sederhananya HMI adalah Jalan Tengah yang berideologi moderat dan terbuka,” ungkap Anna Luthfie Presiden Republik Durian.
Bang Lafran Pane berhasil dan dalam perkembangan sejarah organisasi ini mengalami dinamika internal dan eksternal. HMI juga banyak melahirkan tokoh umat dan bangsar seperti, Bang Akbar Tanjung, Nurcholis Madjid, Bedu Amang, Fuad Bawazir, Amien Rais, Hamzah Haz,dll).
Lebih banyak alumni HMI merasa happy (bahagia) berkarier menjadi politisi, ada juga yang memilih jadi pengusaha seperti; Bang Fahmi Idris, Sugeng Saryadi, Fadel Muhammad dll, belakangan muncul tokoh Anas Urbaningrum, Saan Mustofa, A Dolly Kurnia, Sarmuji, Ahmad Yohan, Charles Meikiansyah, Rifki Nasdem,dll.
Di Kabinet Prisiden Prabowo ada beberapa tokoh yang lahir dari rahim HMI, sebut saja, Zulkifli Hasan, Bahlil Lahadalia, Viva Yoga Mauladi, Reza Patria, Airlangga Hartarto dll, dan masih banyak lagi tokoh-tokoh HMI, berkiprah, dan berjuang lintas profesi.
Tidak hanya menjadi politisi, ribuan tokoh dari HMI yang jadi pengusaha, akademisi, jurnalis, birokrat, para penyelenggara Pemilu, petani, guru, pedagang dan profesi lainnya.
“Sungguh HMI banyak melahirkan tokoh lintas profesi. Oleh kareta itu ke depan potensi alumni HMI yang beragam tersebut wajib di “orkestrasi” secara apik, cantik, dan rapi,” ungkapnya.
Shofnya (barisan) harus dirapikan agar menjadi kekuatan yang sinergis dan kolaboratif guna dipakai untuk berjuang membela umat yang lemah, miskin, dan tertindas.
HMI menjadi kekuatan kritis, konstruktif, dan solutif untuk umat dan bangsa. Menjadi “kawan” pemerintah, sekaligus berani bersuara lantang, ketika melihat praktik-praktik bernegara yang menyimpang dan sesat.
Alumni HMI mampu berdiri tegak untuk membela kaum lemah, miskin dan tertindas termasuk kaum tani, buruh, dan nelayan.
HMI dapat menjadi kekuatan untuk bergerak diagenda pembangunan ekonomi hijau. “Matilah HMI ketika diam, melihat ada ketidakadilan”
“HMI mati aja kalau hanya diam ketika melihat ketidakadilan, kesenang-wenangan, praktik-praktik demokrasi yang sesat dan menyimpang,” pungkas Korpres KAHMI Surabaya ini.