Dakwah Digital: Menyebar Kebaikan Lewat Jempol

Oleh: Ulul Albab Ketua ICMI Jawa Timur

insanimedia.id – Di era ini, jangan-jangan jari kita lebih sering bergerak daripada kaki kita. Dalam sehari, mungkin kita hanya menggerakan kaki seribu Langkah. Tapi jempol kita bisa “melangkah” ribuan kali di layar ponsel: membaca, memberi like, mengirim emoji, membagikan tautan, dan kadang tanpa sadar juga menyebarkan nilai. Bisa nilai baik, bisa juga nilai buruk.

Dunia digital adalah pasar besar bagi gagasan. Di sanalah ide, opini, dan emosi bersaing merebut atensi. Di tengah derasnya arus konten, apakah kita masih menempatkan jempol sebagai alat dakwah? Jika belum, saatnya sekarang kita mulai.

Dakwah kini tak hanya dari mimbar, tapi juga dari layar

Islam mengajarkan bahwa setiap kata adalah tanggung jawab. “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari-Muslim). Hadis ini, seolah sedang berbicara kepada kita, generasi yang hidup di antara notifikasi dan komentar.

Bicara yang baik bukan hanya di dunia nyata. Menulis yang baik di dunia maya pun bagian dari iman. Ketika kita menulis status yang menenangkan, membagikan ilmu yang bermanfaat, atau bahkan menahan diri untuk tidak ikut menghujat, maka di situlah dakwah digital sedang kita lakukan. Tinggal menyempurnakanya dengan niat.

Dakwah Tidak Harus Berdalil

Dakwah digital tak selalu berarti ceramah online dengan ayat dan hadis panjang. Kadang, dakwah itu sesederhana konten yang menebar empati, motivasi, atau kejujuran. Seorang mahasiswa yang menulis tentang perjuangan ibunya mencari nafkah, bisa jadi sedang berdakwah tentang birrul walidain (berbakti pada orang tua). Seorang desainer yang membuat infografik tentang kejujuran dalam bisnis, ia sedang berdakwah dengan karya. Atau seorang selebgram yang menolak endorse produk haram, ia pun sedang berdakwah dengan sikap.

Baca Juga :  Indonesia dan Dilema Moral Kedatangan Atlet Israel

Dalam surat An-Nahl ayat 125, Allah berfirman: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.”

Dakwah di dunia digital haruslah dengan hikmah: bijak dalam bahasa, santun dalam penyampaian, dan berorientasi pada kebaikan, bukan perdebatan.

Etika Jempol Seorang Muslim

Kita sering mendengar ungkapan, “Mulutmu harimaumu.” Tapi di zaman sekarang, mungkin lebih tepat: “Jempolmu harimaumu.” Sekali klik “share”, satu dunia bisa tahu apa isi hati dan niat kita. Maka, dakwah digital sejatinya dimulai dari kesadaran diri: apakah yang kita sebar itu mendekatkan orang kepada kebaikan, atau justru menambah kebencian?

Ada tiga adab sederhana dalam berdakwah lewat dunia maya: Pertama; Niatkan karena Allah. Jangan demi likes atau followers. Dakwah bukan kontes popularitas. Kedua; Sampaikan dengan kasih. Jangan merendahkan, apalagi memvonis. Ketiga; Teladankan akhlak. Komentar lembut, tutur santun, dan sikap sabar. Semua itu lebih menyentuh daripada seribu caption motivasi.

Menjadi Influencer Akhirat

Generasi muda Muslim kini hidup di antara dua dunia: dunia nyata dan dunia maya. Di dunia nyata, mereka menata masa depan; di dunia maya, mereka menata citra. Tapi ada satu hal yang lebih penting: menata jejak digital akhirat.

Bayangkan jika setiap unggahan kita mengandung pahala yang terus mengalir. Satu ayat yang dibagikan bisa dibaca ribuan orang. Satu kalimat motivasi bisa menyelamatkan seseorang dari putus asa. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa menunjukkan kepada kebaikan, maka ia mendapat pahala seperti pelakunya.” (HR. Muslim).

Inilah peluang besar bagi “influencer akhirat”: mereka yang tak hanya memengaruhi gaya hidup, tapi juga menginspirasi iman dan akhlak.

Dakwah digital bukan tugas ustadz semata. Tapi tugas dan tanggung jawab bersama: dosen, pelajar, profesional, bahkan siapa pun yang memiliki akun media sosial. Karena di era ini, setiap jempol punya potensi pahala.

Baca Juga :  Klik Sebelum Tabayyun, Atau Tabayyun Baru Klik ?

Mungkin kita tak pandai berceramah. Tapi kita bisa menulis yang baik.

Mungkin kita tak punya banyak pengikut. Tapi kita bisa menjadi teladan bagi satu orang yang membaca postingan kita. Dan mungkin, satu kalimat dari kita hari ini, bisa menjadi amal yang tak pernah berhenti di akhirat nanti.

Dunia berubah. Cara berdakwah pun berubah. Tapi tujuannya tetap sama, yaitu: menebar rahmat bagi semesta. Maka, gunakanlah jempol kita bukan untuk debat, tapi untuk dakwah. Bukan untuk mencela, tapi untuk mencerahkan. Karena di balik setiap klik, ada peluang menuju surga. (Salam Inspirasi dari ICMI).