insanimedia.id – Beberapa waktu terakhir, kita menyaksikan dinamika baru dalam industri haji dan umroh di Indonesia. Disahkannya Undang-Undang terbaru tentang Penyelenggaraan Haji dan Umroh telah membawa konsekuensi besar, tidak hanya bagi pemerintah, juga bagi para pelaku jasa penyelenggara haji dan umroh. Regulasi baru ini ibarat gerbang yang membuka jalan menuju era baru, era yang menuntut profesionalisme, tata kelola modern, serta orientasi pelayanan yang lebih baik dan berkeadaban.
Menyadari hal itu, kemarin, di Surabaya, 5 September 2025, enam asosiasi Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) dan Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) di bawah naungan DPD Jawa Timur sepakat membentuk wadah kebersamaan. Keenam asosiasi tersebut adalah Ampuh, Bersathu, Sapuhi, Amphuri, Asphurindo, dan Asphirasi. Masing-masing memiliki latar belakang, karakter, serta jaringan berbeda. Namun, di tengah keragaman itu, ada satu kesadaran yang sama, yaitu: kita tidak bisa berjalan sendiri.
Kebersamaan sebagai Jalan Tengah
Kita mafhum, dunia haji dan umroh bukanlah dunia yang sepi tantangan. Mulai dari regulasi yang ketat, dinamika kebijakan Arab Saudi, fluktuasi harga tiket, hingga ekspektasi jamaah yang terus meningkat. Semua itu menuntut kehadiran wadah kebersamaan agar setiap langkah yang diambil tidak tercerai-berai, tetapi justru saling menguatkan.
Kesepakatan ini lahir dari niat baik untuk mencari jalan tengah. Bukan hanya untuk kepentingan asosiasi, tetapi untuk menjawab harapan besar umat Islam, khususnya jamaah haji dan umroh dari Jawa Timur. Bukankah Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa seorang mukmin bagi mukmin lainnya ibarat bangunan yang saling menguatkan? Spirit itulah yang coba diwujudkan oleh keenam asosiasi ini.
Menjawab Tantangan, Menjemput Peluang
UU baru tentang haji dan umroh memberi konsekuensi besar. Ada aturan-aturan yang harus disesuaikan, ada standar baru yang harus dipenuhi, dan ada mekanisme yang menuntut transparansi serta akuntabilitas. Namun, di balik semua itu, tersimpan peluang emas yang tak boleh disia-siakan.
Digitalisasi layanan, inovasi manajemen jamaah, serta peluang kerja sama internasional adalah ruang-ruang baru yang bisa digarap bersama. Lebih dari itu, industri haji dan umroh dapat menjadi penggerak ekonomi umat. Bayangkan jika seluruh rantai pasok, mulai dari transportasi, katering, hingga penyediaan perlengkapan ibadah, dikelola dengan prinsip syariah dan semangat pemberdayaan umat. Nilai maslahatnya tentu akan jauh lebih besar.
Membumikan Konsep Berkeadaban
Satu istilah yang menarik untuk terus digaungkan adalah “industri haji dan umroh yang berkeadaban.” Berkeadaban berarti menempatkan jamaah bukan semata sebagai konsumen, tetapi sebagai tamu Allah yang harus dilayani dengan sepenuh hati. Berkeadaban berarti menjunjung tinggi etika, kejujuran, dan akuntabilitas dalam setiap aspek layanan. Dan berkeadaban berarti memastikan bahwa keuntungan ekonomi tidak mengorbankan nilai kemanusiaan dan keberkahan ibadah.
Dalam konteks ini, wadah kebersamaan keenam asosiasi bukan hanya soal aliansi bisnis, tetapi juga tentang membangun ekosistem pelayanan yang memuliakan jamaah. Dari Jawa Timur, spirit ini bisa menjadi teladan nasional.
Langkah ke Depan
Kesepakatan awal sudah terbentuk. Kini tantangannya adalah bagaimana mewujudkan komitmen itu dalam bentuk nyata. Pembentukan struktur kepengurusan, penyusunan visi-misi, dan agenda prioritas harus segera dilakukan. Tidak kalah penting, membangun komunikasi yang sehat antar asosiasi agar perbedaan tidak berubah menjadi potensi perpecahan.
Kita berharap wadah ini dapat melahirkan program-program strategis: mulai dari peningkatan mutu layanan, advokasi kebijakan, hingga inovasi bisnis syariah. Semua itu pada akhirnya akan bermuara pada satu tujuan: menghadirkan pelayanan haji dan umroh yang semakin baik, berkualitas, dan membawa maslahat.
Apa yang dilakukan enam asosiasi di Jawa Timur ini bukan sekadar manuver organisatoris. Tetapi sebuah ikhtiar kolektif, untuk menjemput masa depan dengan optimisme, dan wujud nyata dari semangat ukhuwah. Di tengah kompleksitas zaman, kebersamaan adalah kekuatan terbesar.
Semoga langkah ini menjadi awal bagi lahirnya wajah baru industri haji dan umroh yang profesional, amanah, dan berkeadaban. Dari Jawa Timur, kita menyalakan obor kebersamaan untuk Indonesia dan umat.