Ikut Program Pemda, Bayi di Kebumen Meninggal Usai Jalani Operasi Bibir Sumbing

Ridwan

Kebumen, insanimedia.id – Seorang bayi berinisial IRM usia 4 bulan meninggal dunia usai menjalani operasi bibir sumbing di RSUD Dr. Soedirman. Korban mengikuti program dari Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen bekerjasama dengan Yayasan Permata Sari, Semarang.

FM ibu dari bayi tersebut menceritakan kronologi peristiwanya. Pertama ia mengaku mendapat informasi dari pemerintah desa dan kecamatan mengenai adanya program operasi bibir sumbing gratis bagi warga yang membutuhkan.

Mendengar informasi tersebut, ia akhirnya mendaftarkan bayinya, dan mengaku sempat dilakukan screening guna memastikan kondisi bayi sehat. Bahkan ia sempat ikut zoom meeting di puskesmas kecamatan Sruweng bersama Yayasan Permata Sari guna mengetahui kondisi bayi atau calon pasien.

“Katanya untuk bayi usia minimal 3 bulan, berat badan minimal 5 Kg, nah anak saya beratnya sekitar 5,5 kg, jadi dinyatakan sehat dan boleh untuk mengikuti program ini, dan anak saya memang kondisinya sehat,” kata FM saat ditemui di rumahnya Desa Pakuran, Sruweng didampingi suaminya KF bersama kedua orangtuanya, Senin (8/9/2025).

Setelah dilakukan screening, pada Sabtu 6 September 2025, IRM bersama calon pasien lain menjalani operasi di RSUD Dr. Seodirman. Anaknya sempat disuruh puasa dari jam 4 pagi, kemudian jam 9 pagi masuk ruang operasi dengan kondisi tangan di infus, dan tidak ada keluarga yang mendampingi saat di ruang operasi.

IRM menjalani operasi sekitar dua jam, setelah itu keluar sebelum pukul 12.00 WIB atau jelang waktu dhuhur. Saat keluar kata FM, anaknya dalam kondisi kesadarannya menurun, tatapan matanya tidak sepenuhnya terbuka, hanya mengeluarkan suara rintihan kecil, dan sudah tidak memakai infus.

FM sempat heran mengapa, sebab pasien yang lain saat keluar ruang operasi masih menggunakan infus. Sementara itu, anaknya tidak dan langsung dimasukan di bangsal. Ia sempat bertanya kepada petugas medis mengapa anaknya tidak memakai infus. “Jawabnya karena nanti sudah bisa pulang,” kata FM menirukan ucapan petugas.

Baca Juga :  Aksi Bullying Massal di Salah Satu SMP di Kecamatan Doko, Dinas Pendidikan Blitar Turun Tangan

Namun, FM merasa ada keganjilan karena anaknya terus menurun kesadarannya, tubuhnya bahkan terasa dingin, dan mulutnya disebut membiru. Ia sempat meminta tolong kepada petugas medis untuk melakukan penanganan terhadap anaknya yang sudah tak berdaya. Namun takdir berkata lain, sekitar pukul 15.00 WIB IRM sudah dinyatakan meninggal dunia.

“Saya sempat mengira anak saya tubuhnya dingin banget mungkin karena AC, tapi memang dia sudah tidak bisa merespons apapun, saya minta tolong perawatnya tapi terus tidak tertolong,” tuturnya.

FM mengaku sampai saat ini, ia belum diberikan penjelasan oleh pihak rumah sakit, mengenai apa yang menjadi sebab anaknya meninggal. Ia juga tidak tahu saat operasi apakah anaknya dibius total atau hanya setengah badan. Ia dan keluarga hanya pasrah dengan takdir Tuhan yang sudah ditetapkan.

“Sampai saat belum ada penjelasan sih, saya sendiri tidak tahu karena faktor apa,” ucap FM.(Joe/Rid)