Ingat, 9 Dzulhijjah Hari Arafah: Puncak Rahmat Bagi yang Sedang Berhaji Maupun Yang Tidak

Oleh: Ulul Albab Ketua ICMI Jawa Timur Ketua Litbang DPP Amphuri Akademisi Unitomo

Prof. Ulul Albab Ketua ICMI Orwil Jawa Timur

insanimedia.id , – Sahabat muslim yang dirahmati Allah. Jangan lengah ya. Jangan lalai ya. Besok, kamis 9 Dzulhijjah (5 Juni 2025), kita memasuki satu dari hari-hari paling agung dalam kalender hijriah, yaitu: Hari Arafah.

Di tanah suci, jutaan jamaah haji akan berdiam di Padang Arafah dalam puncak ibadah haji yang dikenal sebagai wukuf. Di luar Padang Arafah, bagi umat Islam yang tidak berhaji, hari ini tetap menjadi momen istimewa. Sebuah kesempatan emas untuk mendekat kepada Allah, menghapus dosa, dan memperbarui tekad keislaman.

Arafah, Hari Agung Penebus Dosa

Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada hari yang lebih banyak Allah membebaskan manusia dari neraka selain Hari Arafah.” (HR. Muslim). Hari Arafah adalah hari agung saat Allah menampakkan keagungan-Nya di hadapan para malaikat dan membanggakan hamba-hamba-Nya yang berdoa dengan khusyuk dan tunduk.

Hari Arofah adalah momen spiritual global bagi umat Islam, baik yang sedang berada di Arafah maupun di pelosok negeri seperti Indonesia.

Bagi umat Islam yang tidak sedang berhaji, Nabi Muhammad SAW menganjurkan untuk berpuasa di Hari Arafah. Dalam sebuah hadits disebutkan: “Puasa Arafah menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” (HR. Muslim).

Hanya dengan satu hari menahan lapar dan haus, kita diberi anugerah penghapusan dua tahun dosa-dosa ringan. Inilah rahmat Allah yang luar biasa, namun sering terabaikan dalam kesibukan dunia.

Doa Terbaik di Hari Arofah

Hari Arafah juga disebut sebagai hari mustajab doa. Rasulullah SAW bersabda: “Doa terbaik adalah doa pada hari Arafah.” (HR. Tirmidzi). Bahkan, para ulama mengibaratkan Arafah sebagai “malam Lailatul Qadar” di siang hari.

Dianjurkan untuk diisi dengan doa dan munajat. Tak perlu kalimat rumit. Cukup dengan hati yang ikhlas dan lisan yang jujur: mohon ampunan, mohon keselamatan dunia-akhirat, mohon kemuliaan bagi keluarga, umat, dan bangsa.

Jangan lupa membaca zikir yang dianjurkan Nabi: “Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikalahu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai’in qadiir.” Inilah zikir yang Rasulullah sebut sebagai zikir terbaik di Hari Arafah, dan merupakan dzikir para nabi.

Kapan Waktu Terbaik Hari Arafah di Mekkah? Hari Arafah adalah tanggal 9 Dzulhijjah, dan puncaknya adalah saat wukuf di Arafah, yaitu mulai setelah tergelincir matahari (zuhur) sampai terbenam matahari (maghrib) pada hari itu. Inilah waktu yang paling utama untuk berdoa di Arafah, karena Rasulullah SAW berwukuf di sana dan memperbanyak doa hingga matahari tenggelam.

Jadi Waktu terbaik Hari Arafah di Mekkah: Sekitar pukul 12.30 siang – 18.30 malam waktu Arab Saudi. Bagaimana Konversi ke Waktu Indonesia?

Arab Saudi berada di zona waktu GMT+3, sedangkan Indonesia (WIB) berada di GMT+7, jadi selisih waktunya adalah 4 jam lebih cepat di Indonesia. Artinya: Waktu terbaik berdoa di Hari Arafah bagi Muslim Indonesia (WIB) adalah Antara pukul 16.30 – 22.30 WIB. Inilah waktu sejajar dengan saat wukuf di Padang Arafah, waktu mustajab doa menurut hadits Nabi.

Sebagaimana disampaikan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah.” (HR. Tirmidzi). Maka terhadap hadis tersebut sebagian ulama, seperti Syaikh Abdul Aziz bin Baz dan Syaikh Shalih al-Fauzan menjelaskan bahwa waktu mustajab itu terikat dengan waktu wukuf di Arafah, bukan sekadar hari kalender. Karena itulah umat Islam di luar tanah suci disarankan menyesuaikan waktunya dengan waktu wukuf, agar doa-doanya ikut masuk ke dalam waktu keutamaan itu.

Tips Praktis Memanfaatkan Hari Arofah

Pertama; Jika memungkinkan, berpuasalah pada 9 Dzulhijjah (besok). Kedua; Setelah Ashar (sekitar pukul 16.00 WIB), mulailah memperbanyak doa dan dzikir. Ketiga; Puncaknya antara pukul 16.30 hingga 22.30 WIB. Boleh mengadakan momen doa bersama keluarga, atau refleksi pribadi penuh kekhusyukan.

Jika Lailatul Qadar adalah momen privat yang misterius, maka Arafah adalah momen publik yang terang. Di tengah kehidupan sosial-politik yang penuh hiruk-pikuk, Arafah adalah jeda suci. Kita diajak untuk kembali kepada esensi: bahwa manusia adalah hamba, dunia ini fana, dan hanya kepada Allah-lah tempat kembali.

Mari jadikan Hari Arafah sebagai momentum keluarga. Setelah berbuka puasa, duduklah bersama: orang tua, anak-anak, saudara, pasangan. Buka mushaf, baca doa, ucapkan hajat-hajat, dan mohonkan ampunan. Hari ini, Allah sangat dekat, sangat mendengar.