Surabaya, insanimedia.id – Pidato Presiden Prabowo Subianto di Sidang Majelis Umum PBB ke-79 menuai sorotan tajam, bukan hanya karena substansi yang dibawakan, tetapi juga karena insiden mikrofon yang sempat mati ketika Presiden Prabowo belum selesai berbicara.
Akademisi Administrasi Publik, Ulul Albab, menilai kejadian ini bukan sekadar teknis, tetapi memiliki makna simbolis dalam dinamika diplomasi internasional. “Saya melihat dua sisi. Pertama, substansi pidato Presiden Prabowo yang cukup berani menyoroti ketidakadilan global. Kedua, insiden mikrofon yang mati itu justru membuat pidato ini semakin diperhatikan dunia,” ujar Ulul Albab saat ditemui wartawan.
Sebagai Ketua ICMI Jawa Timur, Ulul Albab menekankan bahwa publik jangan hanya terjebak pada isu teknis matinya mikrofon, tetapi lebih penting mengulas isi pidato yang menyinggung soal perdamaian, keadilan, dan solidaritas global.
“Presiden Prabowo menegaskan posisi Indonesia yang konsisten menolak ketidakadilan internasional dan menyerukan dunia yang lebih damai. Itu poinbesar yang harus terus digaungkan,” kata Ulul Albab.
Namun, Ulul Albab juga mengakui bahwa narasi seputar mikrofon yang mati lebih cepat viral di media sosial. “Publik kita memang sensitif pada hal-hal simbolik. Mikrofon mati itu bisa ditafsirkan macam-macam, ada yang menyebut sabotase, adayang bilang murni teknis. Apapun itu, akhirnya membuat pidato Prabowo menjadi bahan pembicaraan lebih luas,” ujar Ulul Albab sambil tersenyum.
Lebih jauh, Ulul Albab menilai kejadian ini memperlihatkan bagaimana politik internasional penuh dengan simbol dan gestur kecil yang bisa berdampak besar. “Bayangkan saja, kalau pidato berjalan mulus tanpa gangguan, mungkin gaungnya tidak sebesar sekarang. Justru karena ada insiden mikrofon, seluruh dunia ikut melirik,” tegas Alumni S3 Universitas Brawijaya ini.
Sebagai Ketua ICMI Jawa Timur, Ulul Albab juga mengingatkan bahwa diplomasi Indonesia perlu tetap tenang menghadapi segala dinamika. “Kita bangsa besar. Jangan sampai reaktif dengan isu-isu teknis, tetapi tetap fokus pada substansi perjuangan kita di dunia internasional. Itu pesan yang saya tangkap daripidato Presiden,” ujarnya.
Ulul Albab menilai momentum ini justru bisa dimanfaatkan Indonesia untuk menegaskan citra sebagai negara yang berani bicara lantang tentang keadilan global. “Saya kira publik internasional semakin melihat Prabowo bukan hanya sebagai presiden baru, tetapi juga sebagai pemimpin dunia yang vokal,” katanya.
Ketika ditanya apakah insiden mikrofon mati akan mengurangi wibawa Indonesia, Ulul Albab menjawab tegas, tidak sama sekali. “Bahkan menurut saya justru menambah nilai dramatik. Dalam dunia komunikasi politik, hal semacam inisering kali menjadi ‘highlight’ yang memperkuatpesan utama,” ujarnya.
Akhirnya, Ulul Albab menekankan pentingnya masyarakat Indonesia untuk mendukung agenda besar Presiden di panggung dunia. “Sebagai akademisi dan Ketua ICMI Jawa Timur, saya melihatini sebagai momentum untuk menegaskan kembali peran Indonesia di percaturan global. Mikrofon bisamati, tapi suara Indonesia tidak akan pernah padam,” pungkasnya.(Oby/Rid)







