insanimedia.id , – Sejak dulu saya meyakini bahwa sekolah-sekolah yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Islam itu seharusnya lebih baik dari sekolah-sekolah negeri. Bukan karena soal label agama, tapi karena nilai, kedisiplinan, dan integritas yang menyatu dalam satu sistem pembelajaran.
Tentu, untuk mencapai prestasi itu, diperlukan komitmen dan kerja keras yang tidak biasa. Saya sendiri oleh orang tua disekolahkan di lembaga pendidikan Islam, dari Ibtidaiyah sampai Aliyah. Itu pun di pesantren. Dan anak-anak saya pun saya sekolahkan di lembaga pendidikan Islam juga. Di Al-Hikmah Surabaya. Dari TK sampai SMA. Baru setelah itu mereka masuk ke Perguruan Tinggi Negeri papan atas. UB, UGM, dan ITS. Semua dimulai dari sekolah Islam.
Karena itu, saat mendengar kabar bahwa Jakarta Islamic School (JISc) mencetak 27 siswanya diterima di UI, saya tidak kaget. Saya hanya berkata dalam hati, “Akhirnya momentum itu datang juga.” Meski sesunggunnya di jawa timur hal itu sudah saya saksikan. Lulusan sekolah islam “Alhikmah Surabaya” dan juga beberapa sekolah islam lainnya seperti LPI “Amanatul Ummat” di Pacet Mojokerto, juga Tzkiyah di Batu Malang dan lain-lainnya.
Bukan Sekadar Sekolah Agama
Kembali ke JISc, yang tahun ini meorehkan Sejarah Istimewa, mengalahkan sejumlah sekolah negeri unggulan di ibu kota. Yang sejak dulu dipuja karena langganan masuk UI, FK UGM, atau ITB. Tapi kali ini, sekolah Islam yang tampil. Yaitu JISc. Sebagian dari mereka masuk UI lewat jalur Talent Scouting. Ada juga yang lewat SNBT, PPKB, bahkan SIMAK KKI. Mereka menembus fakultas-fakultas bergengsi. Termasuk Kedokteran UI.
JISc memang sekolah Islam. Tapi bukan sekolah agama semata. Ia memakai tiga kurikulum sekaligus: Nasional, Internasional (Edexcel), dan Tahfidz Alquran. Campuran yang luar biasa padat. Tapi hasilnya luar biasa juga.
Kuncinya, menurut pendirinya, adalah satu: Thinking Skills. Anak-anak dilatih berpikir kritis, kreatif, dan solutif. Mereka tidak hanya menghafal dan patuh. Tapi juga aktif dan adaptif.
Saya percaya. Sebab saya tahu rasanya membimbing anak-anak menjalani pendidikan Islam yang integratif. Rasanya seperti membesarkan tunas yang tumbuh ke dua arah sekaligus: akar ke bumi, pucuk ke langit.
Kebangkitan Sekolah Islam
JISc hanya satu contoh. Tapi semoga jadi inspirasi. Karena kita masih sering merasa rendah diri ketika bicara soal sekolah Islam. Seolah-olah sekolah Islam itu cadangan, atau sekadar tempat “menyelamatkan akhlak”. Padahal tidak!. Sekolah Islam justru bisa jadi pusat keunggulan.
Apa yang dilakukan JISc bisa direplikasi. Dengan modifikasi sesuai konteks lokal. Yang penting mindset-nya diubah dulu. Bahwa Islam tidak bertentangan dengan prestasi. Agama tidak menjegal nalar. Dan sekolah Islam bukan menara gading. Tetapi rumah masa depan. Itulah semangat pendidikan yang menggabungkan imtaq dan iptek secara harmonis.
Hadiah Tahun Baru Islam
Karena itu, kabar ini bukan hanya prestasi JISc. Tapi kabar baik bagi kita semua. Bahwa pendidikan Islam bisa bersaing. Bisa menang. Bahkan bisa memimpin.
Tentu saja kabar baik ini patut kita apresiasi, terlebih di momen Tahun Baru Islam. Di tengah suasana refleksi hijriyah, berita ini seolah menjadi hadiah terindah dan api semangat yang menyala-nyala untuk seluruh lembaga pendidikan Islam di Indonesia.
ICMI, sebagai bagian dari komitmen kebangkitan umat, tidak hanya senang dan bangga. Kami akan terus hadir, mendorong, dan mendampingi. Dengan segala daya dan strategi, agar lembaga pendidikan Islam melesat maju. Bukan hanya karena kekuatan imtaq-nya, tapi juga karena keunggulan iptek-nya. Bukan hanya unggul dalam moral, tapi juga dalam inovasi.
Semoga semangat ini menjadi energi umat dalam menapaki Tahun Baru Islam. Tahun hijrah. Tahun bangkit. Tahun pendidikan Islam Indonesia benar-benar naik kelas, di dunia, dan di akhirat. Amin.