Ketika Panggilan Itu Belum Sampai: Catatan dari Haji Furoda 2025

Oleh: Ulul Albab, Ketua ICMI Jatim, Ketua Litbang DPP Amphuri

Ulul Albab Ketua ICMI Orwil Jawa Timur

insanimedia.id , – Beberapa bulan lalu, saya berbincang dengan sepasang suami istri dari pelosok Lamongan. Mereka menabung bertahun-tahun, bahkan menjual sawah, untuk berangkat haji lewat jalur Furoda. “Antrenya terlalu lama kalau reguler,” kata mereka. “Kami ingin segera, selagi masih kuat.”

Sayangnya, tahun ini visa Furoda tak kunjung keluar. Dan mereka, bersama ratusan jamaah lain di seluruh Indonesia, harus bersabar lebih lama lagi.

Ini bukan cerita tentang kegagalan teknis. Ini cerita tentang harapan besar yang harus tertunda. Cerita tentang niat ibadah yang tulus, bertemu dengan sistem yang belum sepenuhnya bisa dipastikan.

Antara Niat Suci dan Sistem yang Dinamis

Furoda, atau lebih dikenal sebagai haji mujamalah, sejatinya adalah jalur sah secara hukum. Pemerintah Arab Saudi memberikan visa undangan ini secara terbatas dan langsung. Banyak penyelenggara yang memfasilitasi jalur ini dengan niat baik dan profesionalisme.

Namun, sistem internasional selalu dinamis. Tahun ini, regulasi dari otoritas Saudi berubah. Visa yang diharapkan tidak dikeluarkan. Bukan karena penyelenggara tidak bekerja, melainkan karena keputusan di luar kendali siapa pun.

Hal ini mengajarkan kita semua, bahwa dalam ibadah sekalipun, ada ruang takdir yang tidak bisa diatur oleh sistem manusia.

Tidak Ada yang Salah, Tapi Banyak yang Bisa Diperbaiki

Dalam situasi seperti ini, tidak ada gunanya saling menyalahkan. Para penyelenggara tentu tidak ingin jamaahnya gagal berangkat. Jamaah juga tidak salah ketika mereka berharap besar pada niat ibadah yang sudah dirancang lama.

Justru momen ini bisa menjadi ruang refleksi bersama: Pertama; Bagaimana kita bisa lebih transparan dalam menyampaikan risiko sejak awal?. Kedua; Bagaimana membangun kepercayaan jamaah tanpa janji yang melebihi kuasa manusia?. Ketiga; Bagaimana pemerintah dan asosiasi bisa memberi panduan yang lebih utuh dan solutif, bukan sekadar imbauan?

Yang dibutuhkan bukan tudingan, bukan saling menyalahkan. Apalagi mati-matian mencari kambing hitam. Yang dibutuhkan adalah kolaborasi.

Haji: Lebih dari Sekadar Tiba di Tanah Suci

Saya yakin, bagi banyak jamaah Furoda yang tertunda, ini adalah ujian kesabaran yang tidak kecil. Tapi bukankah haji itu sendiri memang perjalanan spiritual yang penuh ujian?

Tidak semua yang kita rencanakan berjalan sesuai waktu. Tapi bukan berarti panggilan itu batal. Bisa jadi, panggilan Allah itu justru sedang diuji—apakah kita akan tetap bersabar, tetap bertawakal, tetap berprasangka baik?

Menuju Haji yang Lebih Terbuka dan Terpercaya

Kita semua mencintai ingin berhaji. Dan karena itu, kita harus merawatnya dengan sistem yang makin kokoh. Bukan hanya reguler dan ONH Plus yang diatur, tapi jalur-jalur alternatif seperti Furoda juga perlu disinergikan dalam sistem nasional.

Bukan untuk menutup, tapi untuk memastikan semua jamaah terlindungi—baik secara spiritual maupun administratif.

Dan semoga, untuk mereka yang tertunda tahun ini, akan datang kesempatan yang lebih baik: lebih pasti, lebih aman, dan lebih tenang.

Karena haji bukan hanya soal sampai di Mekkah, tapi juga tentang bagaimana kita merawat niat dan menjemput panggilan dengan hati yang bersih dan langkah yang jujur. Wallahu a’lam.