Mitos atau Fakta: Puasa Ramadhan melemahkan daya tahan tubuh?

dr. Taufik Ali Zaen, Sp.OG (Dokter ahli kandungan dan kebidanan)

Oleh: dr. Taufik Ali Zaen, Sp.OG (Dokter Ahli kandungan dan kebidanan)

insanimedia.id – Masih banyak mitos yang beredar dalam masyarakat mengenai pengaruh puasa terhadap kesehatan tubuh manusia. Salah satu mitos tersebut adalah membuat orang lemas sehingga dapat menurunkan daya tahan tubuh, pada akhirnya rentan terhadap penyakit.

Lalu, apakah mitos ini benar? Banyak bukti bukti ilmiah yang menjelaskan mengenai pengaruh Puasa Ramadhan terhadap kesehatan tubuh manusia, salah satunya pengaruh Puasa Ramadhan terhadap daya tahan tubuh manusia.

Puasa pada bulan Ramadhan adalah puasa wajib bagi seluruh umat muslim yang sehat (yang tidak memiliki penyakit kesehatan spesifik). Puasa Ramadhan merupakan salah satu dari rukun islam. Ibadah puasa mempunyai keistimewaan dibandingkan dengan ibadah lainnya seperti salat, sedekah, haji dan lainnya. Hal ini disebabkan pahala puasa akan dibalas langsung oleh Allah SWT.

Seperti yang diterangkan dalam hadist Qudsi. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah Shallallahu’alai wa sallam bersabda, “Allah berfirman, ‘Semua amal anak Adam untuknya kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya (HR. Bukhari dan Muslim).

Bulan Ramadhan merupakan bulan penuh ampunan dan rahmat. Seperti yang diterangkan dalam hadist. Dari Abu Hurairah RA. bahwasanya Nabi SAW., bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa Ramadan karena didorong oleh keimanan dan mengharapkan keridhaan Allah, maka diampunkanlah untuknya dosa-dosanya yang terdahulu,” (Muttafaq ‘alaih).

Lalu bagaimana manfaat puasa bagi daya tahan tubuh. Banyak penelitian menunjukkan bahwa puasa Ramadhan memberikan dampak positif pada kesehatan tubuh dengan menjaga homeostatis/keseimbangan sel tubuh . Beberapa mekanisme yang penting yaitu puasa merangsang proses tubuh yang disebut autophagy, meningkatkan hormon pertumbuhan, puasa meningkatkan ekspresi antioksidan, perbaikan DNA (DNA repair), puasa dapat mencegah kanker dan menurunkan zat-zat(sitokin) pro inflamasi/peradangan.

Profesor peraih nobel asal jepang, Japanese Biologist, Profesor Yoshinori Ohsumi menemukan bahwa, puasa dapat merangsang proses autophagy pada tubuh manusia. Apa itu autophagy? autophagy berasal dari kata autoyang artinya diri sendiri, sedangkan phagy artinya memakan.

Dapat dijelaskan autophagy adalah proses yang terjadi di tubuh, dimana tubuh “mendaur ulang” protein, serta sel sel yang tidak bermanfaat dan atau membahayakan seperti bakteri berbahaya, partikel virus maupun sel sel yang berpotensi menjadi kanker, digunakan kembali untuk metabolisme ditubuh.

Selain itu, autophagy juga menyebabkan pembaruan sel sel yang tidak bermanfaat, diganti dengan sel sel yang baru. Puasa merangsang proses autophagy yang pada akhirnya akan menyebabkan sel induk mulai beregenerasi, mengurangi inflamasi dan system kekebalan tubuh/sel imun akan diperbahuri dengan sel sel imun yang baru.

Dari bukti bukti ilmiah saat ini, ditemukan bahwa Puasa Ramadhan dapat menurunkan zat-zat(sitokin) pro inflamasi serta menurunkan stress oksidatif. Dimana zat zat ini berperan pada proses berbagai penyakit. Peningkatan zat zat pro inflamasi dan oksidatif stress berperan penting pada penurunan system imun dan peningkatan resiko infeksi.

Dengan menurunnya berbagai zat ini, puasa dapat berperan sebagai faktor penting dalam pencegahan suatu penyakit dan perbaikan system imun. Juga dari bukti bukti ilmiah saat ini, didapatkan bahwa selama puasa, terjadi peningkatan sel makrofag yang berperan penting pada proses system imun. Peningkatan sel ini mengakibatkan tubuh mengalami peningkatan pada respon terhadap infeksi, terutama infeksi bakteri.

Ada beberapa penelitian menarik yang dipublikasikan berbagai jurnal yang membahas pengaruh puasa terhadap system imun, pencegahan kanker dan berpengaruh pada perbaikan DNA (DNA repair). Salah satu jurnal yang berjudul Intermittent fasting from dawn to sunset for 30 consecutive days is associated with anticancer proteomic signature and upregulates key regulatory protein of glucose and lipid metabolism, circadian clock, DNA repair, cytoskeleton remodelling, immune system and cognitive function in healthy subjects, menjelaskan bahwa puasa selama 14 jam selama 4 minggu, terbukti memiliki efek anti kanker, bahkan pada pasien dengan kanker yang sedang menjalani kemoterapi, puasa dapat berperan meningkatkan sensitifitas pada obat kemoterapi.

Beberapa hal yang penting, yang perlu diperhatikan saat puasa yang dapat mempengaruhi puasa adalah kecukupan nutrisi dan cairan. Kekurangan nutrisi dan cairan dapat menyebabkan penurunan system imun. Oleh sebab itu, kecukupan nutrisi dan cairan saat puasa sangat penting. Untuk memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi ini, dapat dipenuhi ketika sahur, berbuka serta waktu diantara sahur dan berbuka, sehingga nutrisi yang biasanya dipenuhi ketika siang hari, dapat dipenuhi di jam yang lain ketika puasa.

Kesimpulan

Berdasar dari bukti bukti ilmiah saat ini, didapatkan bahwa pada saat Puasa Ramadhan, system imun mengalami perubahan pada profil system imun. Banyak perubahan positif dari system imun atau daya tahan tubuh kita.

Beberapa diantaranya, puasa merangsang terjadinya proses autophagy, dimana proses ini akan “mendaur ulang” protein dan sel sel yang tidak bermanfaat/berbahaya menjadi protein yang bermanfaat dan merangsang sel sel baru, sehingga sel-sel imun akan diperbarui, puasa dapat menurunkan zat-zat pro inflamasi/peradangan dan oksidatif stress yang berperan pada berbagai penyakit, puasa berperan pada pencegahan penyakit kanker, dan Puasa Ramadhan dapat meningkatkan respon tubuh terhadap infeksi.

Jadi dari berbagai bukti ilmiah saat ini, dapat disimpulkan bahwa pernyataan “puasa dapat menurunkan daya tahan tubuh” adalah mitos.