Blitar, insanimedia.id– Pemerintah Kabupaten Blitar terus berupaya untuk menekan angka stunting di Kabupaten Blitar. Penekanan ini memperkuat upaya penanganan stunting setelah hasil evaluasi menunjukkan tren yang membaik.
Berdasarkan data terbaru, prevalensi stunting di Kabupaten Blitar tercatat di angka 17,84 persen, mengalami penurunan signifikan dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 20,3 persen.
Bupati Blitar, Drs. H. Rijanto, MM menegaskan, meskipun terjadi penurunan, angka tersebut masih belum sesuai target nasional. Namun, ia optimistis dengan strategi yang telah dijalankan secara konsisten, prevalensi stunting bisa ditekan hingga 14 persen pada akhir 2025.
“Penurunan ini menunjukkan bahwa program konvergensi berjalan. Kami akan terus memperluas cakupan dan memperkuat pendampingan di wilayah-wilayah yang memerlukan intervensi lebih intensif,” ujarnya saat ditemui dalam forum evaluasi kinerja TPPS (Tim Percepatan Penurunan Stunting) pada Selasa, (10/06/2025) malam.
Data evaluasi menyebutkan, sejumlah kecamatan dengan beban stunting tinggi seperti Gandusari, Selopuro, Nglegok, Sanankulon, Wonodadi, dan Wlingi mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Wilayah seperti Bakung, Srengat, Talun, Kesamben, Binangun, Doko, dan Sutojayan juga tetap mampu menjaga prevalensi di bawah 10 persen.
Di sisi lain, beberapa wilayah seperti Udanawu, Kademangan, Wates, Garum, dan Selorejo menunjukkan dinamika yang fluktuatif, meski trennya masih menunjukkan perbaikan.
Adapun daerah yang menunjukkan kenaikan angka stunting, seperti Kanigoro, Ponggok, Panggungrejo, dan Wonotirto, kini ditetapkan sebagai lokasi prioritas intervensi pada tahun 2025.
“Respons cepat terhadap wilayah dengan tren kenaikan menjadi kunci. Tahun ini, kami arahkan berbagai sumber daya untuk memperkuat intervensi gizi, perbaikan sanitasi, dan akses air bersih di daerah tersebut,” tambah Bupati Rijanto.
Sebagai wujud keseriusan, Pemkab Blitar terus mendorong penguatan program komunitas seperti Tali Centing (Kelompok Wanita Peduli Pencegahan Stunting), yang kini menjadi ujung tombak dalam edukasi serta pendampingan keluarga rawan stunting di tingkat desa dan kelurahan.
“Perempuan menjadi elemen penting dalam perubahan perilaku keluarga. Lewat Tali Centing, mereka bukan hanya penerima manfaat, tapi juga motor penggerak pencegahan stunting,” tutupnya. (riz)