Seragam Sekolah Gratis di Kabupaten Blitar Masih Tunggu Hasil Uji Laboratorium Kain

Ridwan

Blitar, insanimedia.id – Janji Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blitar untuk membagikan seragam sekolah gratis kepada siswa baru tahun ajaran ini masih belum terealisasi. Hingga pertengahan Agustus, baju seragam itu belum juga sampai ke tangan pelajar karena masih tertahan di gudang penyedia barang.

Alasannya, kain seragam harus melalui pemeriksaan laboratorium lebih dulu. Akibat keterlambatan ini, sejumlah wali murid akhirnya memilih membeli seragam secara mandiri agar anak-anaknya bisa segera mengenakan pakaian sekolah lengkap.

Kepala Bidang Pembinaan SD Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar, Deni Setiawan, menuturkan bahwa proses distribusi bukan terhambat karena masalah kontrak. Ia menjelaskan, kerja sama dengan penyedia masih berlaku hingga September sehingga tidak ada kendala administratif.

“Sampel kain kami ambil secara acak, lalu diuji di laboratorium independen. Kontrak masih berjalan, jadi kami tunggu hasil uji kualitas sebelum seragam dibagikan,” ungkapnya, Jumat (22/08/2025).

Menurut Deni, kewajiban uji laboratorium dilakukan untuk menjaga mutu. Bahkan, tes kualitas ini digelar dua kali untuk mencocokkan hasilnya. Ia menyebut pengalaman tahun lalu, ketika ada seragam dengan ukuran tidak pas serta jumlah yang kurang, menjadi pelajaran berharga.

“Kami tidak ingin masalah itu terulang. Karena itu, distribusi kami pastikan lebih tertib. Seragam yang diberikan harus nyaman, sesuai ukuran, dan awet dipakai anak-anak,” ujarnya.

Pihak Dispendik memastikan seragam tetap akan dibagikan sebelum batas waktu kontrak habis. Pakaian merah putih untuk siswa SD, putih biru untuk SMP, dan seragam pramuka, dijadwalkan sudah bisa digunakan paling lambat akhir September. Jika penyedia terlambat mengirimkan, mereka akan dikenai sanksi berupa denda.

“Tidak ada pembatalan program, hanya soal waktu distribusi. Jadi para orang tua tidak perlu risau,” tegas Deni.

Baca Juga :  Mobil Sedan di Blitar Hangus Terbakar, saat Mau Bantu Mobil Mogok

Meski begitu, keresahan sudah muncul di kalangan wali murid. Ali Ridho, warga Desa Soso, Kecamatan Gandusari, mengaku harus mengeluarkan uang sekitar Rp800 ribu untuk membeli satu paket seragam bagi anaknya.

“Karena belum turun, kami terpaksa beli dulu. Kata sekolah nanti akan diganti dengan seragam gratis dari pemerintah,” tuturnya.

Ia menambahkan, para orang tua berharap pembagian segera dilakukan agar beban biaya sekolah bisa berkurang.(Tan/Rid)