Kajian Islam, insanimedia.id – Setelah Ramadan usai, aku tak cuma ingin pulang dengan tubuh yang lebih sehat. Yang kuinginkan jauh lebih dalam—jiwa yang tercerahkan, hati yang tak lagi terbebani.
Oleh: Ir. LA Mema Parandy, S.T.,M.M., CBPA. – Departemen Kerjasama Wilayah Jateng, Jatim & Bali Badan Kejuruan Teknik Industri – Persatuan Insinyur Indonesia (BKTI PII 2024-2027)
“Light-minded people” adalah mereka yang hidup dengan cara sederhana tidak terlalu mengejar apa yang tak perlu, tapi menghargai apa yang sudah ada. Mereka penuh syukur, dan dari syukur itu lahir kepekaan untuk mendengar, untuk membantu, untuk memaafkan.
Aku ingat hari-hari setelah Idul Fitri, ketika aku duduk bersama keluarga. Ada perasaan berbeda, aku lebih sabar mendengarkan cerita adikku, lebih rela berbagi makanan dengan sepupu yang datang berkunjung.
Ramadhan mengubahku, meski perlahan. Aku jadi lebih bisa tersenyum pada hal-hal kecil seperti suara burung di pagi hari atau aroma kopi yang baru diseduh. Itulah tanda jiwa yang ringan: kau tak lagi terpaku pada kekurangan, tapi pada nikmat yang ada di depanmu.
Tapi dampak Ramadhan tak berhenti pada diri kita sendiri. Ia menyebar— *like ripples in a pond*, seperti riak di air kolam. Orang yang berjiwa ringan membawa perubahan ke sekitarnya.
Mereka lebih sabar saat ada konflik, mungkin dengan pasangan, mungkin dengan teman kerja. Mereka lebih murah hati pada yang membutuhkan mungkin dengan sedekah, mungkin dengan waktu. Dan mereka lebih peka pada keadilan tidak membiarkan ketidakadilan lelet di depan mata.
Aku pernah melihat ini di kampungku. Setelah Ramadhan, tetangga yang biasanya pendiam mulai rajin mengantar makanan ke rumah janda tua di ujung jalan.
Orang-orang yang dulu mudah bertengkar jadi lebih sering duduk bersama, menyelesaikan masalah dengan bicara. Itulah keajaiban Ramadhan.
Ramadhan tidak cuma mengubah individu, tapi juga komunitas. Dunia jadi lebih harmonis, lebih penuh cinta, karena ada lebih banyak orang yang hidup dengan hati yang lapang.
Aku percaya bahwa kebahagiaan itu menular. Ketika kita hidup dengan syukur dan kepekaan, orang lain ikut merasakannya.
Anak-anak belajar dari sikap kita, teman terinspirasi dari tindakan kita, bahkan orang asing bisa tersenyum karena kebaikan kecil yang kita beri.
Ramadhan mengajarkan bahwa kita punya kekuatan untuk membawa cahaya bukan cuma untuk diri kita, tapi untuk dunia.