insanimedia.id, – Pengantar: Kemaren saya menulis artikel dengan judul “Kado Istimewa di Tahun Baru Islam: Sekolah Islam Lampaui Sekolah Negeri”. Saya ingin melanjutkan tulisan tersebut secara serial untuk bahan refleksi dan inspirasi kita dalam menjadikan tahun baru hijriyah kali ini sebagai momentum kebangkitan sekolah-sekolah Islam. Tulisan kali ini adalah serial kedua.
Saya meyakini bahwa kepemimpinan di lembaga pendidikan Islam bukan sekadar peran administratif. Tetapi amanah peradaban. Terlebih di era digital ini, ketika dunia berubah begitu cepat, sementara nilai-nilai luhur tak boleh bergeser, harus tetap diperjuangkan, minimal dipertahankan. Maka Kepemimpinan pendidikan dituntut untuk cerdas menavigasi perubahan, sekaligus kokoh menjaga dan menentukan arah yang benar.
Sebagai mantan rektor di sebuah perguruan tinggi yang cukup dikenal, sekaligus sebagai pendidik, saya merasakan betul betapa arsitektur kepemimpinan pendidikan harus terus diperbarui. Dan sebagai Ketua ICMI, saya melihat ini bukan sekadar kebutuhan institusi, tetapi panggilan umat, terutama tentang “bagaimana kita membentuk generasi Islam yang tak hanya kuat secara akidah, tetapi juga tangguh dalam sains dan peradaban global”.
Tentu saja Tantangannya tidak kecil. Digitalisasi membawa gelombang perubahan yang dahsyat. Mulai dari cara belajar dan berpikir, hingga cara orang tua menilai keberhasilan sebuah sekolah. Tapi justru di tengah arus deras inilah, kualitas kepemimpinan diuji.
Izinkan saya berbagi catatan kepemimpinan untuk dipertimbangkan dikembangkan di sekolah-sekolah Islam sebagai ikhtiar menjadikan sekolah Islam tetap relevan di tengah perubahan. Setidaknya ada 4 konsep kepemimpinan yang ingin saya bagi dalam artikel ini.
1. Kepemimpinan Berbasis Visi Peradaban
Pemimpin sekolah Islam saat ini adalah perancang masa depan umat. Tidak cukup sekadar menyusun kalender akademik atau meraih nilai akreditasi, tetapi harus memproyeksikan visinya jauh ke depan, yaitu: mencetak insan robbani yang mencerahkan dunia.
Kurikulum, rekrutmen guru, dan atmosfer sekolah semua harus ditautkan dengan visi membentuk manusia unggul dalam ilmu, luhur dalam akhlak, dan hadir sebagai solusi bagi masalah umat dan bangsa. Maka kepemimpinan tidak bisa lagi bersifat reaktif; tetapi harus strategis dan visioner.
2. Kepemimpinan Digital yang Cerdas dan Bermakna
Saya sering mengatakan: pemimpin sekolah hari ini harus paham teknologi. Tidak harus menjadi programmer, tetapi minimal memahami Learning Management System, Artificial Intelligence dalam pendidikan, dan pemanfaatan big data.
lebih dari itu, pemimpin digital harus mampu menjaga esensi. Teknologi harus dimaknai sebagai wasilah, sebagai alat yang mendukung proses pembelajaran dan nilai. Sekolah Islam tetaplah ruang adab. Maka yang diperlukan adalah integrasi, bukan adopsi buta.
3. Kepemimpinan Kolaboratif dan Jaringan Ekosistem
Kita hidup dalam zaman yang menuntut kolaborasi lintas batas. Pemimpin pendidikan Islam harus bisa menjalin simpul dengan banyak pihak, mulai dari guru, wali murid, alumni, pesantren, dunia usaha, bahkan institusi global.
Saya melihat, sekolah Islam akan maju bukan hanya karena fasilitasnya, tetapi karena jejaring ekosistem yang dibangunnya. Ada ruang sinergi, pertukaran, mentoring, dan bahkan internasionalisasi. Inilah kekuatan baru yang harus dikembangkan oleh para pemimpin pendidikan kita.
4. Kepemimpinan Spiritual yang Visioner dan Lentur
Nilai-nilai Islam tetap harus menjadi fondasi. Pemimpin sekolah Islam adalah cermin keteladanan akhlak, bukan cuma instruktur kurikulum. Namun pada saat yang sama, ia juga harus lentur dalam strategi. Maksudnya: bisa menerima kurikulum internasional, memanfaatkan platform global, namun tetap menanamkan nilai Qur’ani dalam setiap aktivitas.
Ia tidak membenturkan antara IPTEK dan IMTAQ, tetapi justru menjadikannya dua sayap yang mengangkat siswa menuju peradaban tinggi. Karena ruh Islam adalah kemajuan yang berpijak pada tauhid.
Kepemimpinan sebagai Ladang Dakwah
Tugas memimpin sekolah Islam adalah medan dakwah. Bentuk jihad intelektual yang sesungguhnya, yaitu: membentuk generasi masa depan dengan ilmu, iman, dan karakter.
Maka, dalam momentum Tahun Baru Hijriyah ini, izinkan saya mengajak semua pimpinan lembaga pendidikan Islam untuk melakukan hijrah kepemimpinan. Dari gaya yang birokratis ke gaya yang inovatif. Dari sekadar pelaksana menjadi pemikir. Dari rutinitas menuju visi besar.
Saya percaya, para pemimpin sekolah Islam kita memiliki potensi luar biasa. Yang diperlukan hanyalah keberanian untuk belajar ulang, membangun kolaborasi, dan membuka cakrawala baru tentang pendidikan Islam yang progresif.
Dan, ini kesimpulannya: ketika para pemimpin sekolah islam berubah, maka sekolah akan ikut berubah. Dan dari sekolah yang unggul, akan lahir generasi umat yang mencerahkan zaman.