Perbedaan Data Kemiskinan BPS dan Bank Dunia, Pengamat Tekankan Pentingnya Akurasi Data

Andrean Permadi, M.E, Dosen Ekonomi Syariah Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar

 

Blitar, insanimedia.id – Baru – baru ini terdapat infografis yang ramai dibahas di media sosial menyoroti perbedaan signifikan angka kemiskinan di Indonesia yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Dunia.

Dalam infografis tersebut, BPS mencatat jumlah penduduk miskin sebanyak 24,1 juta jiwa, dengan tolok ukur pengeluaran per bulan sebesar Rp595.242.

Sementara itu, Bank Dunia melaporkan angka yang jauh lebih tinggi, yaitu 171,4 juta penduduk miskin, dengan standar pengeluaran Rp1.109.280 per bulan.

Menanggapi hal tersebut, Andrean Permadi, pengamat ekonomi menyebutkan, perbedaan hasil pengukuran tersebut merupakan suatu kewajaran karena perbedaan metodologi yang digunakan.

Pria yang juga merupakan dosen di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar ini juga menilai bahwa dalam hal ini, BPS telah menggunakan metodologi yang sesuai dengan standar.

Namun, ia lebih mengatakan bahwa BPS perlu menambahkan aspek lain dalam penelitiannya untuk mengukur tingkat kemiskinan di Indonesia.

Beberapa aspek tersebut seperti aksesibilitas pendidikan dan kesehatan.

Tujuannya adalah agar data yang ditampilkan nantinya dapat memiliki tingkat akurasi yang tinggi dan berpengaruh pada kebijakan pemerintah.

“Kalo menurut saya yang terpenting adalah akurasi datanya, karena nantinya kan berpengaruh pada kebijakan pemerintah, ” ungkapnya.

Ia juga berharap terdapat sistem validasi dan akurasi data berbasiskan digital sehingga masyarakat umum dapat mencermati data yang disajikan secara cermat.(bim)