Warga Berebut Gunungan Hasil Bumi, Berkah Saparan Dusun Sibentar, Purworejo

Insani Media

Purworejo, insanimedia.id – Suasana penuh kearifan lokal menyelimuti Dusun Sibentar, RW 2 Desa Tlogoguwo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Senin (11/08/2025).

Ratusan warga dari lima RT tumplek blek mengikuti tradisi Merti Dusun atau Sedekah Bumi “Saparan/Jolenan”, sebuah warisan budaya turun-temurun yang sarat makna kebersamaan dan rasa syukur.

Acara diawali arak-arakan warga sejauh tiga kilometer, dimulai dari Drum Band SDN 1 Tlogorejoguwo, Ketua RW besertq Ibu dqn Tomas, Jolen No 1 diikuti group kesenian dan warga RT 1, Jolen No 2 diikuti warga RT 4 sampai Jolen No 5 yang diikuti warga, Siswa TK Mekar Siwi 1, siswa SDN 1 Tlogorejoguwo dan masyarakat umum, kirab berakhir di balai dusun.

Beragam sajian seperti lima tumpeng, ingkung ayam, dan lima gunungan hasil bumi dibawa dengan penuh khidmat. Setelah seluruh sajian dikumpulkan, doa bersama dipanjatkan memohon keselamatan, ketenteraman, dan limpahan rezeki.

Usai doa, warga menikmati hidangan bersama di sepanjang jalan dusun. Momen yang paling dinanti, yakni perebutan gunungan, berlangsung seru. Puluhan warga berebut hasil bumi sebagai simbol keberkahan, dan dalam hitungan menit, gunungan pun ludes.

Suyanto, tokoh masyarakat setempat, menjelaskan bahwa tradisi saparan bertujuan menolak sukerto atau pagebluk, sekaligus memohon rezeki yang lancar serta kehidupan masyarakat yang tenteram.

“Ini bukan sekadar acara, tapi doa bersama agar desa gemah ripah loh jinawi,” ujarnya.

Yunita, warga Dusun Sibentar, menilai acara ini mempererat silaturahmi. “Kita bisa makan bersama, tertawa bersama, bahkan berebut gunungan dengan gembira. Semoga tahun depan lebih meriah,” katanya.

Plt Camat Kaligesing, Agung Supriyanto, S.IP., yang turut hadir bersama jajaran Pemdes Tlogoguwo, Forkompincam, Polsek, Koramil, dan ormas, menyampaikan bahwa merti desa adalah wujud rasa syukur warga kepada Sang Pencipta.

Baca Juga :  3 Rekomendasi Wisata Candi Tempat Bersejarah di Blitar

“Kebetulan tahun ini juga bertepatan dengan HUT RI ke-80, sehingga maknanya semakin lengkap. Harapan kita, warga tetap guyub rukun dan hasil bumi makin melimpah,” ungkapnya.

Ketua panitia, Parmono, mengakui sempat kewalahan menggelar acara pertama ini, apalagi seluruh pendanaan berasal dari swadaya warga. Namun, keberhasilan penyelenggaraan membuat rasa lelah terbayar.

Tradisi pun ditutup meriah dengan kesenian tayub dari Gunungkidul, mengukuhkan Merti Desa Dusun Sibentar sebagai perayaan budaya yang menyatukan warga sekaligus menjaga warisan leluhur.

Tradisi seperti ini menjadi pengingat bahwa kemajuan zaman tak boleh membuat kita melupakan akar budaya. Merti Desa bukan hanya ritual, melainkan cermin dari kebersamaan, rasa syukur, dan penghormatan pada sang Pencipta serta alam yang memberi kehidupan.(Joe/Rid)