Blitar, insanimedia.id – Santri yang menjadi korban pelemparan kayu oleh ustadz nya di salah satu pondok pesantren di Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar tinggal bersama neneknya.
Kedua orang tuanya berada di luar negeri untuk mencari nafkah. Sang Bapak Moch Sholikin berada di Malaysia. Sementara ibunya Sulis Susiana berada di Taiwan.
KEF (13) korban pelemparan kayu ini sudah menuntut ilmu agama di pondok sejak kelas 3 SD. Kini ia sudah duduk di kelas 8 MTS. Sementara adiknya yang saat ini berada di pondok yang sama menginjak kelas 6 MI.
Suparti nenek korban menceritakan, bahwa keinginan cucunya untuk belajar agama cukup kuat. Bahkan KEF cucunya memilih melanjutkan belajar di pondok pesantren dibandingkan sekolah umum.
“Sejak kelas 3 SD sudah memilih untuk mondok dan sang adik juga memilih ikut belajar bersama kakaknya,” ungkap Suparti.
Suparti tidak percaya, cucunya yang gigih menuntut ilmu akhirnya meninggal di tangan sang ustadz. Cucunya menjadi korban pelemparan kayu oleh ustadz yang meminta para santri untuk segera mandi pada 15 September lalu.
Kini sang cucu sudah terbaring kaku di dalam tanah. KEF dimakamkan di pemakaman umum desa setempat di Desa Dadaplangu, Kecamatan Ponggok.
KEF menjadi korban pelemparan kayu oleh ustadz nya. Anehnya ada paku yang menancap sedalam 2,8 cm di kepala bagian belakang.
“Saya dikabari setelah cucu saya sudah di Rumah Sakit Srengat,” ungkapnya.
Dalam hati, Suparti ingin menuntut apa yang dialami oleh cucunya. Namun ia tidak tega melihat cucunya yang sudah meninggal diautopsi.
“Saya sudah didatangi pihak Polres Blitar sana, tapi apakah cucu saya bisa kembali. Biar Allah yang akan membalas,” kata Suparti.
Suparti juga tidak menuntut ganti rugi berupa uang. Sebab uang ini tidak dapat dimanfaatkan oleh cucunya.
“Kalau dapat uang, apakah cucu saya bisa menikmati uang itu ?,” tegasnya.
Kini Ia hanya bisa menyerahkan kejadian ini kepada Tuhan Yang Maha Esa. “Semoga Allah yang akan membalasnya,” pungkasnya.