Sinergi Orang Tua dan Anak Ciptakan Generasi Emas tanpa Cemas

Ridwan

Surabaya, insanimedia.id – Komite bersama jajaran pendidik SMA Negeri 9 Surabaya (Smanixbaya) kembali menunjukkan komitmennya dalam membangun pendidikan kolaboratif melalui kegiatan Parenting Mendampingi Generasi Emas Tanpa Cemas yang berlangsung di Aula SMAN 9 Surabaya, untuk wali murid kelas X dan XI.

Tujuan kegiatan ini adalah menciptakan sinergi antara sekolah dan orang tua dalam mendampingi proses tumbuh kembang siswa, mencakup aspek akademik, pembentukan karakter, serta kesehatan mental dan fisik. Apalagi saat akhir Agustus terjadi kerusuhan yang melibatkan pelajar SD, SMP dan SMA sederajat.

Dari data yang dihimpum oleh Komnas Perlindungan Anak kota Surabaya, terdapat 2 SD/MI, 13 Sederajat SMP dan 43 SMA/SMK serta 1 pondok Pesantren yang murid/santrinya menjadi pelaku demo.

Dalam sambutannya, Plh Kepala SMAN 9 Surabaya Sukirin Wikanto menegaskan pentingnya kolaborasi antara pihak sekolah dan wali murid, serta motivasi ucapan selamat bergabung para wali murid kedalam keluarga besar SMAN 9 Surabaya.

Dr. H. Suli Da’im, S.Pd., SM., MM. Selaku Ketua Komite SMANIXBAYA menegaskan, kegiatan ini merupakan salah satu program Komite bersama Sekolah,  yang mendorong keterlibatan aktif orang tua dalam berbagai kegiatan pendidikan di SMAN 9 Surabaya. Kolaborasi mulai dari forum koordinator kelas yang bertujuan untuk mendukung terhadap program kurikulum hingga kesiswaan, sehingga pembinaan karakter berbasis nilai-nilai dapat dicapai.

Dalam kesempatan itu pula Suli menegaskan pentingnya peran serta aktif dan partisipasi masyarakat didalam pendidikan sesuai Permendikbud No 75 th 2016. Ia juga menjelaskan perbedaan antara iuran, pungutan, dan sumbangan, yang mana kerap menjadi polemik.

“Melalui ini, kami mengajak seluruh wali murid untuk menjadi bagian aktif dalam proses pendidikan anak-anak. Pendidikan bukan hanya tugas sekolah, melainkan tanggung jawab bersama,” imbuhnya.

Baca Juga :  Mobil Aksi Bergerak, Dinas Pendidikan Sasar Anak tidak Sekolah

Wakil Kepala (Waka) Kesiswaan, Sutartik, menjelaskan bahwa kegiatan parenting sudah lama diprogramkan. Tujuannya adalah mempererat hubungan antara sekolah, orang tua, dan masyarakat.

“Kami intinya meminta dukungan dari masyarakat tentang apapun, baik mulai dana, pergaulan anak di luar, maupun hubungan anak-anak dengan bapak ibu guru,” ujar Sutartik.

Berkenaan dengan kericuhan di Surabaya pada akhir Agustus lalu, pihak sekolah juga memastikan bahwa tidak ada satupun siswa SMAN 9 yang terlibat dalam kericuhan yang mengakibatkan kebakaran beberapa tempat dan pos Polisi termasuk Gedung Negara Grahadi itu terbakar.

Sesi puncak parenting untuk kelas X menghadirkan narasumber dari Komite Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Surabaya yakni Syaiful Bachri, sementara sesi kelas XI diisi oleh psikolog anak, Asteria Psikolog.

Syaiful menilai pola pengasuhan yang kurang tepat, terutama minimnya komunikasi, menjadi pemicu anak mencari pelarian di luar rumah. Hal itu membuat mereka rentan terlibat dalam kasus-kasus sosial hingga kriminal, termasuk kericuhan yang sempat terjadi di Surabaya.

“Ketidakadanya komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak membuat anak mencari pola di luar. Itu yang memicu keterlibatan mereka dalam demo akhir Agustus,” tegas Syaiful.

Ia juga mengingatkan agar orangtua tidak gagap teknologi, karena dunia anak saat ini sangat dipengaruhi perkembangan digital. Orangtua perlu menjadi sahabat bagi anak, sekaligus menanamkan benteng utama berupa akhlak, tanggung jawab, dan disiplin.

“Didiklah anak sesuai zamannya. Kalau akhlaknya kuat, meski banyak ajakan negatif, mereka tidak akan mudah terbawa,” tambahnya.

Dalam materinya, Syaiful Bachri menyoroti lemahnya komunikasi antara orang tua dan anak sebagai salah satu penyebab keterlibatan pelajar dalam aksi kericuhan.

“Ketidakadanya komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak mengakibatkan anak mencari polanya di luar,” tegas Syaiful.

Baca Juga :  Ratusan Pemuda Galakkan Kampanye Perlindungan Anak di Panggung Festival Anak Surabaya 2025

Syaiful juga menekankan pentingnya orang tua melek teknologi agar tidak tertinggal dari anak-anak mereka yang tumbuh di era digital. Bahkan dirinya mengutip kalimat dari Kekhalifahan Rasyidin, Ali bin Abi Thalib. “Didiklah anak sesuai jamannya. Karena mereka akan hidup di zaman yang berbeda dengan kita,” tukasnya.

Dengan kegiatan parenting sebagai edukasi bagi orangtua, maka diharapkan para wali murid sadar bahwa penguatan akhlak, disiplin, dan tanggung jawab tetap menjadi benteng utama bagi anak-anak agar siap menyongsong generasi emas Indonesia 2045. (Oby/Rid)